Widget HTML #1

Juara dari Nol


Trophy Juara Umum Gebyar Ramadhan KPM UIN Ar-Raniry Kecamatan Kota Jantho 2019
Tiba pada 22 April 2019, pukul 11.40 WIB. 

"Tamong, tamong, (masuk)" kata Keuchik Gampong Bukit Meusara, Kecamatan Kota Jantho sembari mempersilakan saya bersama 12 teman lainnya masuk ke rumah beliau dengan jamuan yang tertata rapi di sana.

Ia adalah Baharuddin Daud. Keuchik yang kuanggap seperti orang tua sendiri. Tak tahu entah terbuat dari mana hatinya. Sulit diceritakan betapa banyak kebaikannya.

Potongan kebaikan beliau, Kamis 23 Mei 2019. 

"Roni, kita bawa baju abang dari Laundry yuk," ajak Fadhil, teman satu kelompok Kuliah Pengabdian Masyarakat (KPM, sering disebut KKN) UIN Ar-Raniry di gampong tersebut.

Belum sempat kujawab pinta Fadhil, tiba-tiba..

"Pat baje, nyoe moto (di mana bawa baju, ini ambil dengan mobil saya)," timbrung ayahanda Baharuddin Daud sambil menyodorkan kunci mobil miliknya. Tetew

Ia menjaga kami selama 45 hari layaknya anak sendiri. Tak pernah memarahi kami dan selalu mengerti akan kebutuhan kami. Hingga kusimpulkan, sepertinya tak cukup tulisan ini membuat daftar potongan kebaikan beliau selama kami di sana. 

Hal itulah yang membuatnya sangat berbeda, super penyayang. Kebaikan seorang keuchik sekaligus merangkap sebagai sosok "ayah" yang mungkin langkah kudengar bagi teman-teman mahasiswa KPM di gampong lain. Dan itu pula yang membuatnya begitu dirindukan. 

Keuchik Gampong Bukit Meusara sedang menyerahkan trophy Juara I Lomba Pidato Kategori Putra kepada Muhammad Radis Siddiqi
Aku belajar banyak bagaimana menjadi pribadi tanpa pamrih di gampong ini, gampong Bukit Meusara. Tempat di mana belajar untuk pura-pura baik, pura-pura peduli dan berusaha pura-pura paling ikhlas.

Pura-pura yang membuatku tenyata menjadi nyaman dari sebelum pura-pura. Pura-pura yang membuatku kini (kata orang-orang) menjadi sosok manusia seutuhnya.

Hujan deras saat lomba berlangsung membuat para peserta mendapat "Payung Teduh" saat naik turun panggung hehe
Kamis, 16 Mei 2019. Saat itu aku sangat kesal. Pertama, aku bersama mahasiswa KPM Gampong Bukit Meusara harus menghendel Pesantren Kilat di SMKN 1 Kota Jantho yang semestinya jadi tanggung KPM Kecamatan.

Kedua, sang Ketua KPM UIN Ar-Raniry Gampong Bukit Meusara yang janji datang tepat waktu saat penutupan (red. pukul 09.00 WIB), malah tiba pukul 10.30 WIB. 

Saat itu adalah saat-saat menggetarkan karena di mana aku harus melakukan sesuatu yang sebenarnya tak kubisa kulakukan (malu ceritain di sini, aib hehe).

Sukses menjalani tanggung jawab sesuai schedule, aku pun menarik nafas panjang. Pujian tak henti-hentinya dari para guru SMKN 1 Kota Jantho untuk kami seluruh mahasiswa KPM UIN Ar-Raniry. Selamaaaat, selamaaat.

Part selanjutnya adalah saat di mana kami jarang tidur (sekaligus jarang sahur) di malam hari karena..

Karena harus menyiapkan lomba Gema Ramadhan di gampong kami dan Gebyar Ramadhan di tingkat Kecamatan.

MC lomba pidato Gebyar Ramadhan KPM UIN Kecamatan Kota Jantho 2019 Ashiaaaaaapp
Tak main-main, di tingkat gampong saja hadiah untuk juara I saja Rp 400 ribu. Dan itu semua harus dipersiapkan sesempurna mungkin. 

Lelah di siang hari karena aktivitas KPM, malam hari harus begadang lagi karena jatah 24 jam seolah tak cukup untuk kami mengerjakan semuanya. (Bahasa Inggrisnya everything :)

Kalau mau tahu jam berapa, lihat di belakang peci sana, agak belur hehe
Kurasa dan mungkin teman-teman di kelompokku juga ikut merasa bahwa inilah saatnya mengabdi. Pulang pergi Banda Aceh - Jantho pukul 03.00 WIB pagi untuk persiapan berbagai kegiatan seolah lumrah bagi kelompok kami.

Yang paling kusenangi dari teman-temanku adalah mereka semua pekerja keras dan benci pada kegagalan. Itu yang mungkin mendorongku untuk tidak bermalas-malasan di sana.

Di sela-sela persiapan lomba, kami juga harus mempersiapkan Tempat Pengajian Alquran (TPA) di gampong kami. 

Output-nya adalah mereka anak-anak didik TPA kami harus juara saat lomba di tingkat kecamatan dan itu sangat berpengaruh terhadap reputasi mahasiswa KPM di gampong kami. (Ambisius amat lho tong hehe)

Ya, begitulah mindset yang sudah tertanam di kepala para mahasiswa KPM. Gampong siapapun yang Juara Umum di lomba kecamatan, maka mahasiswa KPM di gampong tersebutlah terbaiknya. (Gak semua juga mikir gitu hehe, peace!)

Dan yang terjadi adalah...

Apaan tuuuu?
Ssssst, tunggu dulu.

Silakan scrool ke page paling atas dan zoom tulisan di tempelan piala itu..

End (kerja keras tak pernah mengkhianati hasil, sembong amat lu :)

NB. Tulisan ini dijuduli Juara dari Nol karena.. 

Pertama, aku merasa jadi pemenang karena sudah mengalahkan rasa takut, rasa tidak percaya diri dan rasa malas yang sudah menggerogoti jasadku selama ini. Dan itu kutemukan selama masa KPM.

Kedua, kami melatih kebanyakan anak-anak di TPA yang sebelumnya tak pernah menjadi juara bahkan tak pernah ikut lomba, namun di Ramadhan kali ini ada peserta yang membawa 2 bahkan 3 piala ke rumahnya masing-masing.  

Ketiga, kami juara bagi diri kami sendiri karena sudah lolos dari sifat egois terhadap teman dan berusaha saling menyayangi saat bersama dan saling merindukan saat berpisah.

Pembuka poto Nayla, penutup poto Nayla juga. Apa sih yang ngga buat Nayla :)
Perasaan tulisan END sudah di atas, ternyata masih panjangan NB-nya dibandingkan tulisan sebelum END-nya hehe (ngomong apa sih :) 

END betulan! ;)