Widget HTML #1

Gerimis di Bulan Desember

 

Cerita

Ini bukan rangkaian puisi semacam antologi buku Sapardi Djoko Damono: Hujan Bulan Juni. Hanya kalimat-kalimat yang sebenarnya tak perlu kalian tahu. Sekadar dituang dalam kata demi kata, mungkin bisa meringankan, bisa menenangkan. Itu saja.


Teruntuk gerimis di bulan Desember. Terima kasih untuk cahaya yang sudah sempat datang menerangi. Kukira kau bakal singgah lama, rupanya hanya persinggahan sesaat. Persinggahan dalam perjalanan panjang di lintasan orbitmu, sebelum akhirnya terhenti dan menerangi satu gelap saja.

Terima kasih sudah sempat menerangi dalam pekatnya gelap. Datang di saat benar-benar butuh cahaya, menciptakan suasana, tawa dan pengharapan sesaat, lalu pergi dan menutup rapat-rapat pintu harap tuk selama-lamanya.

Kau bilang kau akan tetap di sini menemani pelikku. Mungkin saja tak sepenuhnya kau bohong, sebab kau memang masih di sini menemani setiap mimpi dan doa. Hanya saja aksesku tak lagi diperkenankan mendapatkan cahayamu, karena kau harus menerangi gelap yang lain di persinggahan terakhirmu yang membuatmu harus di sana selamanya.

Desember penuh gusar, Desember yang mengkhawatirkan, Desemberku begitu berduka. Gerimis sulit ditebak, ia datang dari arah mana-mana saja. Kadang Timur, Barat Selatan bahkan Tengah (Twister).

Tapi biarlah. Kata bijak berkata, bila kuat melewati gerimis kelak akan dipertemukan dengan indahnya pelangi, merasa sangat bersyukur dan bahagia menyambut langit cerah kala tiba waktunya cerah.

Meratapi gerimis hanyalah sia-sia, walau meminta cahaya lain menerangi sisi gelap yang ada juga, sepertinya cahayamu belum dan tak kan pernah tergantikan.

Terima sudah membuat cerita, kenyamanan dan pengharapan, walau akhirnya memilih pergi bahkan tanpa pamit. Betapa menyedihkannya gelap yang kau tinggali, ia bersedih bersama gerimis di bulan Desember. Tak ada yang menghiraukannya saat gerimis menerpa, ia basah bersama pekatnya gelap tanpa cahaya.

Cahaya yang tak mungkin diminta kembali. Biarkan ia terhenti di orbit terakhirnya bersama keabadian. Kita simpan rapat-rapat memori dan pengharapan yang pernah ada itu.

Mungkin mengikhlaskan adalah satu-satunya jalan membuat gelap lebih tenang. Ia sedang belajar tegar tanpa cahaya, biarkan cahaya lain Allah kirimankan dalam bentuk berbeda melalui caranya, cara si Maha Pemilik Orbit.

Terima kasih untuk Desember yang sudah mengajarkan tak semuanya harus dimiliki, ada kalanya melepaskan jauh lebih baik dari segalanya. Kita tak pernah tahu hari esok. Selalu bersyukur, ikhlaskan cahaya menerangi gelap yang Tuhan takdirkan di tempat berbeda. Bahagia di sana ayah..

#ManusiaKuat #Cahaya

(2016-2020)

Allahummagfirlahu

Post a Comment for "Gerimis di Bulan Desember"