Widget HTML #1

Manfaat Asuransi, Milenial & Gen Z Harus Tahu Sebelum Nyesal

 

Jenis-jenis asuransi
Ilustrasi milenial melek asuransi, sayang ibu dan keluarga (Dok. Kata-Roni)

Menjadi sosok seorang Ardan (24) merupakan impian hampir semua generasi muda. Di usianya yang masih muda, Ardan sudah menduduki posisi top level manajer di salah satu perusahaan minyak dan gas (migas) di Aceh. Ia sudah sangat sehat dari segi pendapatan (income) dengan gaji mencapai dua digit per bulannya.

Ardan dikenal dengan gayanya yang supel, sederhana namun kadang juga necis. Kerap mengenakan setelan kaos, celana pendek, pakai sendal jepit dan punya mobil Pajero Sport, ia berada di fase impian paling ideal untuk rata-rata milenial dan generasi Z (Gen Z).

Menikmati pencapaian karier di waktu muda, sayangnya membuat Ardan lupa kalau sakit tidak pernah memandang faktor usia. Di suatu pagi saat akan bergegas pergi ke kantornya, ia tiba-tiba ngedrop dan harus dilarikan ke rumah sakit. Kabar tak sedap sampai ke telinganya dan keluarga, Ardan divonis mengidap infeksi liver.

Ardan lalai merencanakan keuangannya selama ini untuk pos manajemen risiko dan perlindungan diri (proteksi), salah satunya yakni asuransi kesehatan. Padahal jika dilihat berdasarkan piramida keuangan, manajemen risiko (asuransi) berada pada tingkat kedua setelah tingkat paling dasar yakni arus kas (cash flow) dan dana darurat.

Akhir yang tragis, Ardan diberhentikan dari tempat kerjanya karena perawatan yang dibutuhkan memakan waktu lama. Tak cukup sampai di situ, dana darurat yang menjadi tabungannya selama ini ludes untuk membiayai pengobatan dan kebutuhan hidup selama terbaring di rumah sakit dan rawat jalan.

Cerita di atas hanyalah fiksi, Ardan hanyalah teman khayalan kita. Namun percayalah, saat ini ada banyak Ardan-Ardan di luar sana dengan nasib yang sama. Dan kita sebagai milenial atau Gen Z bisa berpotensi menjadi Ardan selanjutnya. Siapkah kita? Sebelum semuanya terlambat, segera proteksi diri dan mari mengenal lebih dekat apa itu asuransi.

Pengertian Asuransi

Ada banyak sekali definisi yang berkaitan dengan asuransi, namun secara sederhana asuransi adalah pengalokasian sejumlah dana (premi) untuk melindungi kita dari berbagai insiden terburuk atau tak terduga melalui penggantian kerugian (klaim). Misal, hilang motor. Kalau ada asuransi, motor ente diganti dengan yang baru. Sesederhana itu. Hehe

Perjanjian kontrak atau bukti tertulis berupa jaminan penggantian kerugian antara nasabah dan perusahaan asuransi disebut polis. Dengan demikian, kita sebagai nasabah asuransi sering disebut juga sebagai pemegang polis.

Asuransi sering dikaitkan dengan orang tua lanjut usia (lansia) atau orang-orang kelas menengah atas. Padahal ini adalah stereotip yang sesat dan berbahaya, terlebih di tengah kemajuan teknologi, kemudahan informasi dan situasi Covid-19 yang belum pulih saat ini.

Setiap warga negara seyogyanya berhak mendapatkan proteksi melalui asuransi, tanpa mengenal batas kelas dan batas usia. Hanya saja edukasi terhadap pentingnya asuransi masih belum sampai secara merata kepada masyarakat, bahkan kepada masyarakat dengan kelas ekonomi menengah ke atas sekalipun.

Melalui tulisan, ini kita akan mengulas apa saja manfaat asuransi, jenis-jenis asuransi serta urgensi asuransi bagi generasi muda terutama milenial dan Gen Z yang masih abai dengan proteksi melalui produk keuangan satu ini.

Manfaat Asuransi

1. Meminimalisir Kerugian

Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi pada diri kita hari ini, esok hari atau hari-hari selanjutnya. Tidak selamanya hidup berjalan mulus dan baik-baik saja. Tentu ada situasi-situasi sulit, alih-alih kita menyebutnya sial. Bisa saja jatuh sakit, kebakaran rumah, kehilangan motor atau mobil hingga meninggal dunia.

Melalui asuransi, kerugian yang terjadi secara dadakan seperti ini bisa di-cover melalui klaim ganti rugi antara kita sebagai pemegang polis dengan perusahaan tempat kita membayar premi.

Upaya meminimalisir kerugian seperti ini perlu dilakukan sebelum mendatangkan kerugian yang lebih besar lagi nantinya. Apa gunanya tabungan banyak di bank bila habis untuk biaya berobat. Ya kan?

Dengan adanya asuransi, kondisi seperti ini dapat diminimalisirkan seminim mungkin. Kerugian yang ditimbulkan dapat diganti atau ditalangi oleh perusahaan tempat kita membayar asuransi terlepas apakah sebagian biaya atau bahkan seluruhnya, hingga tidak perlu tarik uang di tabungan. Itulah kenapa asuransi disebut proteksi.

Meski demikian, perlu diperhatikan juga bagaimana perjanjian awal atau polis antara kita sebagai nasabah dengan perusahaan asuransi tersebut. Detailkan bagaimana proses klaim hingga hal-hal tertentu yang tidak di-cover oleh pemberi polis.

Kemudian pahami pula, apakah penggantian kerugian dilakukan secara sebagian atau seluruhnya. Ini harus dibaca betul-betul dan teliti oleh kita selaku pemegang polis. Jangan sampai marah-marah atau merasa ditipu sewaktu klaim karena kejadian tertentu, sebab pada polis tertera dengan jelas hak dan tanggung jawab kedua belah pihak. Gitu ya.

2. Memberikan Kenyamanan

Kita sebagai manusia tentu tak luput dari perasaan khawatir terhadap hal-hal negatif seperti situasi terburuk dan sebagainya. Dengan adanya asuransi, rasa takut tersebut dapat diminimalisir sehingga memberikan kenyamanan kepada kita dalam mengerjakan aktivitas produktif lainnya tanpa diliputi rasa khawatir atau overthinking.

Kita tidak lagi terbayang bagaimana biaya berobat kalau tiba-tiba sakit, kehilangan kendaraan, rumah terbakar dan masih banyak lagi. Hidup akan lebih nyaman bila memiliki asuransi terutama untuk hal-hal yang urgen dan prioritas mendapat proteksi menurut kita masing-masing. Tentu asuransi kesehatan berada pada level paling atas dalam hal ini.

Punya uang banyak kalau hidup tidak nyaman, bahkan dikejar-kejar rasa takut, sama saja bohong. Makanya kenapa literasi finansial terutama bagi anak-anak muda seperti milenial dan Gen Z penting sekali, salah satunya proteksi diri melalui melek asuransi.

Seperti yang dibahas di awal, asuransi merupakan manajemen risiko keuangan kedua setelah tingkat paling dasar yakni arus kas dan dana darurat. Jangan sampai ada Ardan selanjutnya sebagaimana cerita di awal tulisan ini ya. Kalau kata milenial dan Gen Z sekarang: Kasian, mana masih muda :)

3. Investasi Hidup

Investasi adalah menanam sejumlah dana untuk dituai di masa depan, dengan besaran keuntungan tergantung instrumen investasinya. Asuransi menjadi salah satu instrumen investasi. Sebut saja asuransi pendidikan anak melalui asuransi jiwa dan lain sebagainya. Semuanya merupakan investasi yang imbal hasilnya dapat dipetik di masa depan.

Terutama dalam asuransi jiwa, ada yang namanya asuransi unit link. Produk asuransi satu ini memberikan dua manfaat sekaligus yakni manfaat asuransi dan manfaat investasi. Istilahnya, sekali dayung dua pulau terlampaui. Lebih kurang, begitu.

Kita tidak perlu gamang lagi untuk urus ini itu. Cukup sekali urus, sepaket antara dana investasi dan dana perlindungan jiwa dalam satu produk. Menarik bukan? Ayo segera daftar asuransi. Ingat, level paling dasar dalam membeli produk asuransi, mulai dulu dari asuransi kesehatan.

Jenis-Jenis Asuransi

1. Asuransi Kesehatan

Sakit adalah kondisi yang tidak bisa dihindari oleh siapapun. Dengan adanya asuransi kesehatan, biaya yang harus dikeluarkan untuk berobat dapat di-cover oleh perusahaan asuransi pilihan kita melalui klaim ganti rugi.

Asuransi kesehatan berada pada level paling prioritas di antara jenis asuransi lainnya. Hal ini dikarenakan kondisi sakit merupakan sesuatu yang rentan dialami oleh tiap manusia. Dan itu sangat menguras biaya.

Bayangkan bila Anda entah kenapa-kenapa (semoga tidak), lalu dibawa ke rumah sakit dan diagnosa penyakit tertentu serta wajib rawat inap. Biaya yang mahal dan sakit dadakan seperti ini jangan sampai membongkar investasi atau tabungan jangka yang selama ini Anda kumpulkan. Biar asuransi saja yang bayar. Caranya bisa mulai asuransi kesehatan dengan biaya terjangkau di #asuransilifepal.

2. Asuransi Jiwa

Setiap kita tentu ingin memberikan yang terbaik kepada keluarga, meringankan beban mereka dan hidup nyaman setelah kita tiada nantinya. Asuransi jiwa menjadi salah satu pilihan mewujudkan itu.

Dengan asuransi jiwa, orang-orang tersayang (ahli waris) yang kita tinggalkan akan lebih tenang dalam menjalani kehidupannya karena mendapat santunan atas kematian kita.

Biaya tersebut bisa digunakan untuk melanjutkan kehidupan keluarga, biaya pendidikan anak, hingga kebutuhan lainnya tanpa pusing harus pinjam-pinjam duit sana sini saat kita meninggal dunia.

Asuransi jiwa perlu dipikirkan dari sekarang. Jangan kira karena masih muda, usia milenial dan Gen Z, lalu abai terhadap hal ini. Ingat, kematian bisa mengintai siapa saja tanpa melihat berapa usia Anda. Kisah publik figur seperti Vanessa Angel, Bibi Ardiansyah, Ameer Azzikra dan masih banyak contoh untuk kita bahwa kematian tak pernah memandang usia.

Persiapan itu yang kemudian perlu dikejar, yakni kesehatan finansial keluarga yang ditinggal, selain persiapan ibadah dan kebaikan untuk persiapan menuju alam akhirat tentunya.

3. Asuransi Properti dan Kendaraan

Penulis menggabungkannya menjadi satu antara properti dan kendaraan. Sebab ini merupakan aset yang sama-sama berbentuk fisik berupa harta benda berharga dan layak diasuransikan, mengingat bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan ada proteksi berupa ganti rugi.

Kendaraan bermotor biasanya diasuransikan karena untuk melindungi risiko kehilangan, kecelakaan, kerusakan total dan sebagainya. Jika sudah diasuransikan, ada biaya ganti rugi bila terjadi sesuatu. Hidup tenang, hidup senang.

Sementara untuk rumah, risiko kerugian yang mesti dilindungi oleh asuransi adalah potensi semisal kebakaran. Ini akan sangat berat bila Anda menanggung sendiri dan memulai pembangunan dari nol lagi bila terjadi kecelakaan berupa kebakaran rumah.

Terlebih misalnya kita milenial atau Gen Z yang baru saja membeli rumah dari hasil memeras keringat dan berdarah-darah di waktu muda. Kerja sana sini, proyekan sana sini, pas sudah beli rumah, eh kebakaran, nauzubillah. Itulah pentingnya asuransi rumah.

4. Asuransi Karyawan

Anak-anak muda seperti milenial dan Gen Z tak heran lagi di zaman sekarang sudah punya puluhan, ratusan atau bahkan ribuan karyawan dari startup yang dibangunnya berkat kemudahan informasi dan teknologi saat ini.

Untuk itu penting sekali melindungi karyawan kita dari berbagai risiko misalnya kecelakaan kerja, sakit dan lain sebagainya.

Asuransi karyawan menjadi pilihan mengingat ini merupakan salah satu bentuk kepedulian, bakti kebaikan, amal, empati dan rasa sayang kita terhadap karyawan kita.

Terlebih di zaman sekarang sudah ada regulasi yang mengatur setiap perusahaan wajib memberikan asuransi kepada karyawannya, tentu ini menjadi sebuah keniscayaan.

Dengan asuransi karyawan, kita sebagai founder, CEO, direktur atau apapun itu namanya, bisa lebih tenang karena bila karyawan kita sakit, bisa segera dibawa ke rumah sakit tanpa berpikir biaya lagi. Mereka cepat pulih, tentu akan berdampak juga bagi dirinya, keluarganya maupun keberlangsungan perusahaan kita.

Intinya, harus sayang sama karyawan ya :)

Mengenal Asuransi Syariah

Banyak yang belum berani berasuransi karena takut tidak sesuai ajaran Islam semisal mengandung riba, haram dan lain-lain. Padahal dalam asuransi ada yang namanya unit syariah. Di sana diatur sistem asuransi yang menggunakan prinsip-prinsip atau syariat Islam.

Hal ini penting diketahui oleh masyarakat mengingat informasi tentang asuransi syariah masih sangat minim beredar dan perlu upaya untuk meliterasi, terutama anak-anak muda seperti milenial dan Gen Z yang dinilai kritis dalam mengambil setiap tindakan.

Dalam asuransi syariah, ada lembaga yang mengawasi agar sistemnya dapat berjalan sesuai dengan ajaran Islam dan tidak ada yang dilanggar di sana.

Lembaga yang mengawasi itu bernama Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang beranggotakan orang-orang terpilih dan berkapasitas di bidang fikih tersebut, mereka dipilih melalui rekomendasi Dewan Syariah Nasional (DSN) di bawah Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Mengutip Lifepal, dasar hukum asuransi Syariah di Indonesia yakni hukum asuransi syariah berdasarkan Alquran dan hadits, dasar hukum menurut fatwa MUI dan dasar hukum dari Peraturan Menteri Keuangan.

Jadi tidak perlu ragu lagi dengan sistem asuransi syariah, sebab cara kerjanya pun berbeda dengan asuransi konvensional. Dalam asuransi syariah, nasabah saling membantu satu sama menggunakan konsep tolong menolong saat ada yang tertimpah musibah.

Tidak ada yang namanya premi, melainkan dana kontribusi atau dana tabarru' yang tujuannya untuk saling membantu antara sesama nasabah asuransi syariah. Kemudian perjanjian kontrak (akad) yang digunakan yakni akad kerjasama (mudharabah). Hasil investasi dari dana ini yang kemudian digunakan untuk menciptakan keuntungan sebesar-besarnya.

Selanjutnya, dalam asuransi syariah ada yang namanya sistem ta'awun yang berarti sistem gotong royong atau saling tolong menolong untuk memikul risiko bila ada nasabah lain yang tertimpa musibah.

Sehingga dalam asuransi syariah perusahaan asuransi hanya sebagai pemegang amanah dan pengelolah kontribusi. Mengenai dana ujrah (upah atau fee) yang didapat perusahaan, disepakati di awal. Jadi pihak pengelola asuransi tidak berhak atas dana tabarru' (serupa premi) yang dikumpulkan oleh nasabah, itulah yang membedakan asuransi syariah dengan asuransi konvensional.

Sekelumit Kesalahpahaman Asuransi

- Asuransi berjangka dan asuransi seumur hidup

Asuransi pada dasarnya tidak mengembalikan premi yang sudah dibayarkan. Asuransi merupakan instrumen keuangan sebagai proteksi atau perlindungan untuk mengganti rugi sesuatu bila terjadi risiko.

Dalam asuransi berjangka dan asuransi seumur hidup, sering terjadi kesalahpahaman nasabah yang menganggap kedua produk asuransi jiwa ini sama. Padahal ada perbedaan yang mencolok antara asuransi berjangka dan asuransi seumur hidup.

Asuransi berjangka punya batas waktu dalam melindungi Anda, bisa itu 5 tahun, 10 tahun dan seterusnya, tergantung polis (perjanjian kontrak). Setelah itu terserah pilih untuk melanjutkan perpanjangan asuransi atau tidak. Keuntungannya, premi asuransi berjangka ini lebih rendah.

Namun bila tidak terjadi risiko dalam jangka waktu tersebut, misal tidak ada insiden yang berujung pada kematian, cacat sebagian, biaya pengobatan di rumah sakit, maka Anda tidak bisa mengklaim asuransi jenis ini.

Sementara dalam asuransi seumur hidup, Anda atau ahli waris Anda sudah pasti bisa mengklaim asuransi tersebut bila Anda mengalami risiko seperti kematian, cacat sebagian, biaya pengobatan di rumah sakit kapan pun tanpa batas waktu seumur hidup. Catatan, batas maksimal pertanggungan asuransi jiwa di Indonesia yakni usia 100.

Jadi sangat sampai ada kejadian ya, kita sebagai pemegang polis asuransi jiwa berjangka, setelah masa waktu habis tanpa mengalami risiko, malah minta klaim premi. Kasian perusahaan asuransinya. Hehe

- Asuransi dan Investasi (Unit Link)

Ada yang mengira asuransi itu seperti investasi, bisa mengambil kembali sesuka hati atas dana yang sudah disetorkan. Jawabannya tentu tidak. Asuransi itu seperti yang sudah disampaikan, produk keuangan untuk proteksi atau perlindungan.

Jadi, tidak ada alasan klaim untuk pemegang polis bila tidak terjadi kecelakaan atau kerugian terhadap aset, fisik dan jiwa yang dilindungi.

Meski demikian, saat ini ada yang namanya asuransi unit link. Produk asuransi jiwa satu ini sekaligus jadi produk investasi. Anda mendapatkan dua manfaat dalam satu produk.

Ketentuan dan sistem kerjanya pun tentu berbeda. Biasanya biaya premi baru dapat diinvestasikan setelah 5 tahun pertama, yakni setelah biaya akuisisi dalam produk asuransi unit link sudah lunas.

Asuransi unit link tentu preminya lebih besar dari asuransi pada umumnya. Kemudian ada risiko uang Anda berkurang dalam portofolio investasi sesuai mengikuti dengan kondisi pasar.

Jangan sampai ada kejadian, minta balikin premi tanpa adanya insiden sesuai yang tertera di polis karena menganggap semua asuransi adalah investasi. Betul investasi, tapi cara kerjanya beda, ingat itu. Kecual asuransi jiwa unit link ini, ada imbal hasil tanpa harus menunggu insiden.

Kemudian jangan sampai ada juga yang kaget kalau portofolionya menipis karena kondisi pasar sedang lesu, semua perlu dipelajari matang-matang sebelum setiap produk asuransi, termasuk asuransi unit link yang ada investasinya.

- Klaim reimburse dan cashless

Kedua metode klaim ini sering tertukar oleh nasabah. Perlu diperhatikan saat mengajukan asuransi dan polis, apakah klaim yang dipilih reimburse atau cashless.

Klaim reimburse yakni kita bayar di awal dulu saat terjadi insiden, misal bayar biaya berobat di rumah sakit, baru kemudian nantinya diganti rugi oleh perusahaan asuransi.

Sementara klaim cashless yakni tinggal gesek menggunakan kartu yang diberikan pihak perusahaan asuransi, semua selesai. Bila dilihat memang lebih enak menggunakan metode cashless, karena tidak ribet dan urus sana sini lagi melakukan klaim seperti halnya metode reimburse.

Meski demikian premi sistem cashless tentu lebih tinggi, ini menjadi pertimbangan atas kelebihan dan kekurangan kedua model klaim ini. Jangan sampai bingung pas terjadi insiden, dipelajari baik-baik terlebih dahulu sebelum menjatuhkan pilihan terhadap produk asuransi dan berbagai pelayanan di dalamnya.

Jangan sampai di polis Anda pakai metode klaim reimburse, ketika masuk rumah sakit malah marah-marah kenapa harus bayar pakai uang sendiri dulu. Nah itu dia yang perlu dipahami dan diluruskan. Jangan sampai merasa tertipu dan dizalimi oleh perusahaan asuransi, padahal kitanya yang ternyata belum melek asuransi.

Akhirnya, menutup artikel ini penulis ingin menyampaikan kalau tanggungan risiko tidak hanya dialami oleh orang tua bahkan lansia, tapi juga milenial dan Gen Z seperti kita.

Melek asuransi menjadi suatu keharusan untuk memproteksi diri dan aset fisik kita di waktu muda, sebelum menyesal kemudian karena kerugian yang ditimbulkan lebih besar akibat kelalaian kita dalam melakukan proteksi dan perlindungan. Selamat berinvestasi kawan-kawan! #asuransilifepal

Post a Comment for "Manfaat Asuransi, Milenial & Gen Z Harus Tahu Sebelum Nyesal"