Widget HTML #1

Cara Menulis Opini di Koran, Media Online, Blog (Hasilkan Uang)

 

Cara Menulis Opini di Koran, Media Online, Blog (Hasilkan Uang)
Sumber: Pixabay/Kata-Roni

Ikatlah ilmu dengan dengan menulisnya (Sabda Rasulullah Saw: Silsilah Ash-Shahiihah No. 2026). Jika kamu bukan anak seorang raja, bukan juga anak seorang ulama besar, maka menulislah (Imam Al Ghazali).

Menulislah, karena pekerjaan menulis adalah satu-satunya profesi yang banyak lowongan kerjanya, tapi sedikit pendaftarnya..hehe (Kaum Cuanis :)

Di tiap kesempatan beberapa teman bertanya kepada saya, bagaimana cara menulis opini? Kemudian apa keuntungan bisa menulis? Saya suka bingung mau jawab dari mana. Rasanya pengen meledak-ledak bawaannya ngejelasin dari hulu ke hilir, dari A sampai Z, tapi kadang nggak cukup 2 SKS.

Makanya melalui tulisan ini saya ingin menumpahkan (idih, kirain air putih sampai tumpah-tumpah segala haha) apa yang saya punya, yang saya pelajari dari guru-guru saya dan paling penting, kesalahan-kesalahan yang pernah saya lakukan untuk dijadikan pengalaman dan pembelajaran bagi teman-teman ke depan.

Sebenarnya saya bukan siapa-siapa. Hanya mahasiswa semester akhir yang sudah tiga kali tulisannya nongol di koran Harian Serambi Indonesia (belum pernah nulis di Kompas, jangan sombong hehe), kemudian menulis opini di beberapa media online, termasuk Padebook (sampai buat buku antologi serta beberapa buku lainnya) dan selebihnya menjadi jurnalis muda di Sumberpost (pers kampus UIN Ar-Raniry) dan Dialeksis (salah satu media online di Aceh).

Melalui tulisan ini yang nggak singkat-singkat amat ini, saya akan menguraikan secara singkat apa itu opini dan bagaimana cara menulisnya, hingga etika mengirim tulisan ke media massa seperti koran, media online atau blog pribadi.

Semua yang saya tulis di sini berdasarkan pengalaman saya, ilmu dari guru-guru saya dan beberapa literatur yang pernah saya baca. Lets go!

A. Apa itu opini?

Opini disebut juga tulisan ilmiah populer. Opini adalah tulisan berupa pendapat, argumen dan ide yang dituliskan dalam bentuk ilmiah, nggak ngadi-ngadi atau modal ngerocos doang, punya data yang jelas, tapi dibungkus dengan cara menarik dan tidak mononton, serta menggunakan bahasa-bahasa yang mudah dipahami oleh semua golongan.

Artinya, mulai dari dosen sampai abang-abang tukang becak (maaf tanpa bermaksud membedakan-bedakan profesi), mereka paham terhadap opini yang kita tulis, itulah kenapa tulisan opini disebut juga dengan tulisan ilmiah populer.

Tulisan opini bisa bertujuan membantah sesuatu, memberikan masukan terhadap sebuah kebijakan hingga memberikan ide dan gagasan cemerlang terhadap apapun itu yang sifatnya membangun, menggerakan, hingga berdampak bagi masyarakat.

Gambaran opini membantah sesuatu, misalnya terhadap kenaikan BBM atau Peraturan Presiden (Perpres) Ekstremisme. Penulis bisa memposisikan diri sebagai pihak pro atau kontra.

Kalau ingin membantah kebijakan tersebut tentu di pihak kontra, cara menulisnya pun tetap dengan menyajikan berbagai data dan fenomena, serta berusaha yakinkan pembaca bahwa kebijakan tersebut tidak tepat untuk diterapkan. Begitulah lebih kurang tulisan opini. Biar nggak bingung, minum air putih dulu :)

B. Apa keuntungan bisa menulis opini

Saya pribadi, motivasi menulis opini tembus ke media cetak/koran waktu dulu sederhana sekali, cuma ingin mendapat legitimasi (pengakuan) bahwa saya sah sebagai penulis, itu saja hehe.

Tapi ternyata keuntungan luar biasa. Selain di pandang berbeda dan dianggap istimewa di mana pun lingkungan kita berada (konon katanya penulis opini itu orang-orang cerdas hehe), menulis opini juga sebagai pundi-pundi menghasilkan rupiah. Kok bisa?

Untuk pembahasan ini (uang hehe) saya akan urai di bagian paling bawah tulisan ini. Sebelumnya, mari kita sharing terlebih dahulu bagaimana cara menulis opini berdasarkan pengalaman saya, seperti yang berikut ini.

Cara Menulis Opini di Koran, Media Online, Blog (Hasilkan Uang)
(Sumber: Pixabay)


C. Cara menulis opini secara umum (koran, media online atau blog)

1. Membuat kerangka tulisan

Ini penting sekali. Tujuannya agar saat memulai aktivitas menulis, kita tidak terbebani lagi apa bahan yang harus dituangkan dari paragraf ke paragraf berikutnya. Jarang ada istilah 'buntuh pikiran' kalau sudah menyiapkan kerangka tulisan yang rapi dalam bentuk poin-poin dan siap untuk dikerjakan.

Kemudian dengan kerangka tulisan, sebuah opini akan runut (flowing) atau nyambung saat dibaca nantinya. Istilahnya tidak lari-lari pembahasan saat dituangkan dalam bentuk tulisan.

Jadi intinya, kalau ingin tulisan enak dibaca, mengalir dan nyambung, plus menghindari yang namanya 'buntuh pikiran', maka siapkan kerangka tulisan yang rapi. Ingat, kerangka yang rapi biasanya sudah menunjukkan bagaimana kualitas tulisan opininya, walau belum menulis sekali pun.

2. Menentukan apa yang dibahas (tema)

Biasanya penulis pemula bingung tema apa yang harus ditulis saat ini, tema apa yang kira-kira menarik dan dibaca orang lain. Terkait hal ini, saya punya beberapa saran yang sekiranya bermanfaat dalam menentukan tema.

a. Sedang hangat dibicarakan atau viral (kontekstual)

Pembahasan tentang Covid-19 mulai dari kebijakan pemerintah, data yang amburadul hingga proses vaksinasi, tetap menjadi pembahasan yang hangat dibicarakan untuk saat ini.

Hal-hal lain tergantung apa yang sedang viral dibahas secara nasional. Tentu harus jadi pertimbangan, opini yang ditulis bersifat mengedukasi dan mencerdaskan orang lain, bukan tulisan tak bermuara yang sia-sia belaka. Ingat itu!

b. Hari-hari besar yang diperingati (refleksi)

Misalnya jelang 17 Agustus, atau jelang Sumpah Pemuda, Hari Pancasila, Idul Fitri, Hari Natal dan hari-hari lain yang diperingati secara nasional. Semua itu menjadi tema yang mudah diterima redaksi, media tempat kita mengirim tulisan nantinya.

Tapi perlu diingat, kalau mengirim tulisan untuk hari-hari besar yang diperingati, wajib mengirim minimal seminggu sebelum hari H. Karena tulisan yang diterima redaksi di media antrian (puluhan bahkan ratusan). Untuk itu, kalau menulis dan mengirim lebih awal, mereka akan cepat melisting tulisan kita nantinya. Jangan pernah mengirim pada H-1, catat itu!

c. Headline atau editorial/tajuk

Headline adalah berita yang dimuat di halaman satu atau halaman pertama koran yang kita ingin kirimkan tulisan opini nantinya. Berita headline artinya berita yang sedang menjadi prioritas atau sorotan di media tersebut.

Misalnya, headline Harian Serambi Indonesia berita soal banjir, bila kita menulis opini tentang banjir hari itu juga, apa yang jadi musabab banjir dan tawaran solusi dari kita menarik/bermanfaat, kemungkinan besar tulisan opini kita dimuat di media tersebut dalam beberapa hari ke depan.

Editorial/tajuk, biasanya bersampingan dengan halaman (rubrik) opini. Bedanya, editorial ini semacam opini, tetapi yang ditulis langsung oleh pihak redaksi media tersebut. Biasanya ini isu yang disorot atau jadi prioritas juga. Bila kemudian kita angkat menjadi tema tulisan opini kita, kemungkinan besar juga akan dimuat dalam beberapa hari ke depan.

d. Kuasai tema (berkapsitas)

Sangat tepat bila Anda alumnus atau mahasiswa komunikasi menulis kebijakan tentang pemerintah matikan siaran TV Analog pada Tahun 2022. Atau mahasiswa pertanahan menulis opini tentang kebijakan Agraria. Dan lain-lain.

Perlu diketahui, untuk penulis pemula, background penulis sangat diperhitungkan oleh redaksi media tempat kita mengirim tulisan opini nantinya. Jangan sampai keahliannya A, tapi nulis pembahasannya tentang B. Kita dianggap tidak berkapasitas untuk itu.

Bisa juga menulis di luar keahliaan kita, syaratnya riset yang banyak dan kuasai bahan yang ingin kita tulis. Hal ini biasanya dilakukan oleh penulis-penulis yang memang terbiasa nangkring di kolom opini media. Kalau kita yang pemula, ada baiknya sesuai kapasitas dan keahlian yang kita kuasai saja dulu. Pelan-pelan hehe :)

Cara Menulis Opini di Koran, Media Online, Blog (Hasilkan Uang)
(Sumber: Pixabay)


3. Mulai menulis opini

a. Menentukan judul

Biasanya saya pribadi menentukan judul di awal. Walau sudah pasti saya ubah kembali setelah tulisan selesai, karena dianggap ada pemilihan kata yang lebih menarik nantinya, namun judul yang dibuat di awal menjadi fondasi agar tulisan kita jelas ke mana arah dan maksudnya serta tujuan yang ingin disampaikan.

Sebab judul ini adalah poin utama sekaligus yang menentukan seseorang apakah layak membaca tulisan kita atau tidak. Untuk itu, judul harus menggambarkan isi secara keseluruhan, menarik dan memberikan efek kejut atau rasa penasaran bagi pembaca.

Dalam membuat judul perlu dilakukan yang namanya riset keyword. Ini merupakan pemilihan kata kunci yang tepat atau kata kunci apa yang sedang dicari oleh orang-orang di internet atau di google.

Cara mengetahuinya bisa dengan membuka Ubersuggest https://neilpatel.com/ubersuggest/ untuk riset kata kunci dan buka Buzzsumo https://buzzsumo.com/ untuk melihat artikel atau website siapa yang paling banyak dibaca terhadap judul yang kita pilih. Biar nggak bingung, coba aja langsung :)

b. Pembuka (lead)

Kalau saya lebih sering memulai pembuka di tulisan opini dengan fenomena yang sedang terjadi. Misal soal kenaikan BBM tadi, "Harga minyak dunia sedang jatuh-jatuhnya, tapi pemerintah RI malah menaikan harga BBM khususnya untuk pertalite dan pertamax. Ini tentu menjadi tanda tanya, tidak ada sinkronisasi antara ...." lebih kurang begitulah contoh pembuka opini.

Atau bisa juga pembuka tulisan opini dimulai dari data. Misal soal pengangguran di Indonesia "Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja merilis, per Agustus 2020 angka pengangguran di Indonesia sebanyak 9,77 juta orang. Ini tentu menjadi sebuah kekhawatiran bersama mengingat...." itu contoh untuk pembuka opini dimulai dari data.

Cara Menulis Opini di Koran, Media Online, Blog (Hasilkan Uang)
Contoh pembuka (lead) opini menggunakan data. (Dok. Harian Serambi Indonesia)

Baca selengkapnya: Aceh Mengistimewakan Guru?

c. Isi (pembahasan)

Dalam isi opini, masukan argumen atau pendapat yang ingin kita tulis, kita sampaikan atau yang ingin kita utarakan, tapi disertai dengan data. Tujuannya untuk menguatkan apa yang kita sampaikan itu bukan ngadi-ngadi belaka, apalagi tulisan yang kita buat ujung-ujungnya hoaks, malah jadi bumerang, bahaya ini hehe.

Redaksi media tempat kita mengirim opini, mereka setiap harinya menerima ratusan tulisan dari para penulis melalu kotak masuk email. Padahal yang dimuat setiap harinya hanya dua tulisan opini saja. Jadi di situ kita bersaing dengan penulis lainnya. Kalau tulisan opini kita menarik, kontekstual dan datanya jelas, sudah pasti dimuat toh!

d. Penutup (solusi)

Pada akhir pembahasan dalam tulisan opini, tentu ada solusi yang harus, wajib dan penting sekali kita tawarkan kepada pembaca, terhadap masalah atau argumen serta data yang kita urai sebelumnya.

Solusi ini harus jelas, menarik, bersifat baru, masuk akal dan bisa diterapkan. Solusi yang diharapkan bisa menggerakan banyak orang, menggerakan atau mengubah kebijakan pemerintah menjadi lebih baik lagi.

Jangan cuma menulis (nyerocos doang) tapi tak tawarkan solusi, sia-sia itu namanya. Saya pribadi biasanya menulis solusi ini dalam bentuk poin-poin.

Misalnya opini soal pendidikan, "Untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, yang harus dilakukan: a) Tanamkan kecintaan membaca terhadap anak; b) meningkatkan kesejahteraan dan kualitas guru; c) mengurangi jam sekolah bla..bla.." dan masukan kalimat-kalimat yang mendinginkan dan sedikit puitis di akhir. Begitulah lebih kurang gambaran penutup sebuah tulisan opini.

Cara Menulis Opini di Koran, Media Online, Blog (Hasilkan Uang)
Contoh penutup opini (Dok. Harian Serambi Indonesia)

Baca selengkapnya: Budaya Smong Belum Sampai Palu?

4. Rahasia opini diterima media

a. Baca 10 jurnal plus 5 artikel

Yang saya lakukan sebenarnya cukup sederhana. Kalau saya sudah membaca 10 jurnal plus lima artikel di internet, biasanya jaminan tembus. Itu pengalaman pribadi saya ya, sebab setiap orang tentu punya cerita yang berbeda-beda. Tapi hampir dipastikan, kalau melakukan poin ini insya Allah tulisan tembus ke media. Percayalah! (Sedikit maksa hehe)

Kalau biasanya menggunakan jurnal berbayar, mahal-mahal langganannya. Teman-teman bisa download jurnal secara gratis di neliti.com insya Allah berkualitas dan sangat membantu. Tinggal dipilih-pilih saja jurnalnya di sana.

Tapi pada dasarnya hampir sama, semakin banyak bahan yang kita baca, semakin banyak pula ide yang bermunculan dan semakin mudah kita dalam menuangkan isi pikiran kita ke dalam sebuah tulisan opini nantinya.

Bahkan ajaibnya, ada poin-poin yang belum pernah ditawarkan di literatur yang kita baca misal di jurnal atau artikel, tetapi bisa muncul sendiri di kepala kita. Akan ada kata-kata begini, "kayaknya poin/ide ini menarik nih, belum pernah ditulis orang di jurnal mana pun..." Lebih kurang begitu gambarannya.

Jangan lupa saat menulis opini nanti, masukan sumber yang kita kutip (endnote). Misal, "Bla blaa blaaa, (Masroni, 2018:7). Maksudnya, nama belakang si penulis jurnal yang dikutip, kemudian tahun terbit jurnal/buku dan nomor halamannya.

Atau kalau mengutip media online misalnya "Bla blaa blaaa, (Kompas.com, 31/1/2021)." Artinya nama media dan tanggal tulisan diterbitkan. Begitulah gambaran cara pengutipan jurnal dan artikel.

Cara Menulis Opini di Koran, Media Online, Blog (Hasilkan Uang)
Contoh penulisan kutipan atau endnote di opini. (Dok. Harian Serambi Indonesia)

Baca selengkapnya: Aceh Mengistimewakan Guru?

Ingat ya, untuk artikel, hanya kutip dari media terverifikasi dewan pers dan media yang memang sudah terkenal, misal Kompas, Tempo, Tirto dan lain-lain. Jangan pernah mengutip blog yang tidak terjamin sumber informasinya. Sebab ini menentukan kualitas tulisan opini kita untuk layak dimuat di media yang kita tuju, atau tidak.

Rahasinya lagi, kutip artikel atau bahan dari media yang akan kita kirimkan tulisan. Misal, mau kirim ke Harian Serambi Indonesia, berarti masukan minimal satu referensi dari Serambi. Contohnya, "Bla bla blas, (Serambinews.com, 31/1/2021)."

Kutipan juga untuk menghindari praktik plagiarisme. Hal ini sangat bahaya dalam dunia menulis. Terlebih ketahuan plagiat (copas) karena disengaja, langsung di-blacklist dan tidak diperkenankan lagi menulis di media tempat kita melakukan pelanggaran itu. Plagiat adalah tindakan paling hina dan sangat memalukan dalam dunia literasi. Camkan itu!

b. Banyak tabungan kata (tesaurus)

Tabungan kata artinya sinonim atau persamaan kata. Jangan gunakan kata yang itu-itu saja. Ganti dengan kata-kata yang lebih menarik, enak dibaca, terlihat profesional dan berpendidikan.

Ada yang namanya tesaurus (kamus sinonim). Kita bisa akses di tesaurus.kemdikbud.go.id untuk memperbanyak penguasaan kata dalam menulis opini. Biar nggak bingung, langsung coba aja dulu. Hitung-hitung sebagai try out hehe.

c. Tulis sampai selesai, baru edit

Jangan pernah mengedit tulisan saat menulis opini. Sebab hal ini yang membuat kita stagnan dalam berpikir dan pada akhirnya bosan, lalu berhenti menulis.

Intinya, tulis saja sampai selesai dulu. Misal, kalau di koran ketentuannya atau jumlah kata yakni antara 900-1.000 kata, selesaikan tulis sampai sejumlah itu, baru kemudian editing di keesokan harinya. Begitulah yang saya lakukan.

Editing yang dilakukan di hari terpisah saat menulis, akan melahirkan ide-ide baru yang berilian dan membuat tulisan enak dibaca dan selesai tepat waktu. Dengan demikian, waktunya nulis ya nulis aja dulu sampai selesai, nggak usah edit-edit segala. Ngeditnya besok aja :)

d. Sesuaikan frame media

Misalnya media tempat kita akan mengirim tulisan opini merupakan media yang pro terhadap RUU Penghapusan Kekerasan Seksual (PKS), jangan pernah mengirim ke sana tulisan yang berupa kotra atau menolak kebijakan tersebut. Sebab nanti ujung-ujungnya ditolak juga. Syedih. Kirim ke media ya tepat, untuk tulisan yang tepat. Begitu pun untuk banyak hal. Sesuaikan saja.

e. Etika dalam mengirim tulisan (e-mail)

Etika dimaksud minimal mengisi subjek email berupa judul dan nama lengkap, serta memasukan kata opini di awal subjek. Misal, "[Opini] Perpres Ekstremisme Jokowi untuk Siapa? - Roni" lebih kurang begitu gambaran mengisi subjek di e-mail nantinya.

Kemudian mengisi pengantar berupa salam dan permohonan tulisan untuk dimuat di media tersebut. Ini penting sekali dan menjadi penilaian di ruang redaksi, apakah penulis memang sudah profesional atau tidak.

Sertakan data diri berupa nama lengkap, aktivitas (mahasiswa dari mana, karyawan, esais atau terserah mau ditulis sebagai apa nantinya saat opini terbit), sertakan juga nomor hape dan juga foto diri. Ini poin penting sekali, jangan sampai tertinggal saat mengirim opini melalui e-mail nantinya.

Kemudian untuk tulisan opini, selain dikirim dalam bentuk task file (Microsoft Word), lampirkan juga tulisan opini kita di badan email, tepatnya di bawah pengantar tadi. Tujuannya untuk memudahkan redaksi menyalin tulisan kita tanpa harus bersusah payah lagi membuka-buka Microsoft Word.

Selanjutnya, kirim tulisan yang sama hanya ke satu media saja. Kalau kirim beberapa media, kemudian dimuat beberapa media tersebut, kita akan di-blacklist atau tidak diperkenankan lagi mengirimkan tulisan opini ke media tersebut. Ini adalah tipe pelanggaran etika kelas berat dalam mengirim tulisan opini (selain plegiarisme tentunya).

Cara Menulis Opini di Koran, Media Online, Blog (Hasilkan Uang)
(Sumber: Pixabay)


f. Tulis, kirim, lupakan!

Terakhir, jangan lupa gunakan mazhab 'Tulis, kirim, lupakan. Kirim, tulis, lupakan!' Karena itu adalah kunci agar tulisan opini kita dimuat di media (koran dan media online). Dengan terus menulis, kita terbiasa memperbaiki kesalahan dan pihak redaksi pun melihat kesungguhan kita sebagai penulis.

Saya baru dimuat tulisan opini saya di Harian Serambi Indonesia setelah menulis selama tiga tahun. Padahal saya punya teman juga, satu unit di kampus, tapi punya nasib berbeda, baru sekali mengirim tulisan langsung di muat. Intinya kalau cepat dimuat berarti rezeki, kalau belum dimuat juga, terus menulis dan sabaaaaaarrrr..

Mungkin itu saja yang dapat saya uraikan dari pengalaman saya dalam menulis opini di media, baik cetak/koran maupun online. Saya juga masih banyak-banyak belajar soal ini. Semoga apa yang saya tuliskan bermanfaatkan bagi teman-teman yang lain, terutama kalian yang berada pada masa-masa semangat '45 menulis opini untuk tembus ke media massa.

Tetap semangat ya, percayalah, tulisanmu akan terbit di media cetak/koran atau media online suatu saat nanti. Mungkin hari ini, hari esok atau nanti (Anneth, 2020) haha. Btw percayalah, tak ada kerja keras yang mengkhianati hasil!

D. Tempat menulis menghasilkan rupiah (pendapatan, uang, cuan dsb :)

1. Media cetak/koran

Teman-teman khususnya di Aceh bisa mengirim tulisan opininya ke Harian Serambi Indonesia (e-mail: redaksi@serambinews.com), tulisan yang dimuat akan dibayar ratusan ribu. Saya tak berani sebut angka pasti, takutnya sudah naik harga hehe.

Kemudian bisa juga mengirim tulisan opini ke Harian Analisa (e-mail: online@analisadaily.com). Harga jujur saya tak tahu berapa duit, soalnya belum pernah menulis di sana :)

Kemudian Jawa Pos (e-mail: opini@jawapos.co.id dan cc ke: opini_jp@jawapos.co.id) dan Kompas (e-mail: opini@kompas.co.id) yang bayarannya dengar-dengar sampai satu digit (sejutaan hehe).

Selanjutnya, kalau mau cek e-mail media yang menjadi target teman-teman untuk dimuat tulisan opininya, bisa langsung saja membuka website dan rubrik redaksi media tersebut. Ada buanyaaaaak benget media cetak/koran di Indonesia yang menerima tulisan opini.

2. Media online

Untuk kategori ini, kita bisa mengirim tulisan opini ke Detik.com melalui tool khusus di website-nya, Tirto.id (e-mail: opini@tirto.id), Mojok.co dengan gaya bahasa opininya bikin ngakak dan sangat milenial (e-mail: redaksi@mojok.co), Basabasi.co, Geotimes.co.id, Idntimes.com dan masih banyak lagi.

Katanya, mereka bayar per tulisan yang layak dimuat dengan harga yang manusiawi. Dicoba saja, mana tahu rezekinya di sana hehe. Bahkan saya punya teman di Idntimes.com dulunya menjadi penulis lepas, kini sudah di-hire atau dipekerjakan sebagai penulis kontrak di sana dengan gaji tetap yang dibayar per bulanan. Ah, mantap!

3. Freelance (penulis lepas)

Teman-teman bisa mendaftar ke perusahaan-perusahaan atau website penyedia jasa menulis artikel atau opini di internet. Ada banyak sekali di sana, silakan di-tracking saja satu per satu. Kemudian ada juga perusahaan yang ruang lingkupnya global. Untuk yang satu itu, bahasa Inggris (writing) harus mantap ya, biar bisa masuk tengah hehe.

Baca juga: Cara Menjadi Freelancer, Hasilkan Uang dari Rumah

4. Ngeblog

Saya punya teman, namanya Alvin. Dia masih sangat belia, anak kelahiran Lhokseumawe tahun 1999 dan kini sedang menyelesaikan pendidikan di Prodi Bahasa Inggris Universitas Syiah Kuala. Tapi penghasilannya pernah mencapai miliaran rupiah per bulan. Untuk saat ini rata-rata penghasilannya ratusan juta per bulan.

Semua ia hasilkan dari aktivitas ngeblog, baik itu dari AdSanse, Mgid atau kerjasama dengan perusahaan-perusahaan melalui penawaran iklan secara manual.

Namun untuk mencapai ke sana, ada banyak hal yang harus dipelajari atau dilalui. Selalu belajar, siap menghadapi tantangan, mau bertumbuh dan berproses. Itu adalah kunci mencapai ke arah sana.

Nah, untuk soal ini, teman-teman langsung saya arahkan saja ke tiga guru saya yakni Panduanim.com, Sugeng.id dan Vatih.com Saya banyak belajar dari mereka. Ilmunya sudah valid dan tak terbantah lagi dalam dunia blogging. Doakan semoga ilmu mereka berkah untuk kita semua.

Itu saja dari saya. Semoga tulisan yang sedikit bikin mumet, blepotan dan sulit dipahami ini bermanfaat bagi teman-teman semua. Selamat berjuang, menulislah karena menjadi penulis Anda akan terbebas dari kebodohan, kemiskinan dan kekhufuran! :)

8 comments for "Cara Menulis Opini di Koran, Media Online, Blog (Hasilkan Uang)"

Comment Author Avatar
Terima kasih, sangat menarik dan bermanfaat. semoga menjadi amal jariyah. Aamiin.
Comment Author Avatar
https://sasjep.fib.unair.ac.id/2020/07/28/workshop-on-japanese-studies/

Mantap bro ini
Comment Author Avatar
Saya ingin menulis opini seperti yang telah anda ceritakan,,siapa tahu jodoh mendapat rezeki
Comment Author Avatar
Terima kasih ilmu, salam sehat, sukses, bahagia selalu
Comment Author Avatar
Terimaksih... menginsipirasi bismillah bisa ngikut jejak bapak
Comment Author Avatar
"Every enterprise has hurdles to overcome earlier than find a way to|you possibly can} launch, and some of those hurdles are shorter or taller than others." Flutter Entertainment PLC, Entain PLC, BETSSON AB, Bet365, Kindred Group PLC are the major companies operating in Online Gambling Market. If may have} any bet365 questions or issues about the place a particular license will allow you to function, you need to} discuss along with your corporate service supplier corresponding to Fast Offshore. Other international locations prohibit playing for cultural and/or non secular causes. These include inter alia, United Arab Emirates, Kuwait, Jordan, Albania, Lebanon, Brunei, Somalia, Sudan, Egypt, Indonesia, and Qatar. Your clients and potential clients might be reassured and extra more likely to|prone to} decide you.