Widget HTML #1

Profil Greta Thunberg, Bocah yang Berani Marah-marah di Sidang PBB (Aktivis Isu Lingkungan)

 

Aktivis Isu Lingkungan Greta Thunberg
Aktivis isu lingkungan, Greta Thunberg. (Sumber: Instagram @gretathunberg)

"How dare you? (Beraninya kamu)," kalimat tegas yang dilontarkan seorang bocah di hadapan para petinggi PBB itu setidaknya telah menggerakkan jutaan anak-anak di seluruh dunia untuk aksi protes yang sama terhadap perubahan iklim dan kerusakan lingkungan.

Aksi heroiknya itu merupakan puncak dari sederet aksi lainnya yang dilakukan sejak 2018 lalu. Aksi atas kekhawatiran perubahan iklim dan kerusakan lingkungan di masa depan akibat keserakahan para pembisnis kapitalis yang membabibuta, mengeksplor bumi hanya untuk cuan semata. 

Dia adalah Greta Thunberg. Bocah yang lebih tepatnya remaja perempuan ini rela membolos setiap hari Jum'at hanya untuk berdiri di depan Gedung Parlemen Swedia sambil memegang spanduk tuntutan untuk menanggulangi perubahan iklim, polusi plastik, dan deforestasi.

Mengutip BBC, pada Mei 2019, ia dianugerahi julukan salah satu orang paling berpengaruh di dunia oleh majalah Time dan diusulkan meraih Nobel Perdamaian oleh tiga anggota parlemen Norwegia dari kalangan sosialis. Siapa sebenarnya Greta Thunberg? Apa saja aksi heroiknya untuk menahan dampak perubahan iklim dunia?

Aktivis Isu Lingkungan Greta Thunberg
(Sumber: Instagram @gretathunberg)


Greta Thunberg dan Aksi Heroiknya Terhadap Isu Lingkungan

Profil Greta Thunberg

Greta Thunberg merupakan seorang bocah yang berasal dari Stockholm, salah satu kota atau lebih tepatnya Ibukota Swedia. Ia dilahirkan dari pasangan Malena Ernman (seorang penyanyi opera) dan Svante Thunberg (seorang aktor) pada 3 Januari 2003, Kompas.

Tumbuh dan besar di Kota Stockholm (yang katanya kota paling bersih di Eropa), Greta punya keresahan di usianya yang masih sangat dini. Keresahan akan perubahan iklim dan kerusakan lingkungan yang diprediksi para ilmuan akan sangat mengkhawatirkan di masa yang akan datang.

Semangat untuk menyuarakan perubahan iklim ini terjadi usai dirinya menonton sebuah video atau film dokumenter tentang dampak perubahan iklim dan kerusakan lingkungan. Greta menangis melihat beruang kutub yang kelaparan, sampah yang memenuhi lautan hingga pemanasan global akibat ulah manusia dan para kapitalis yang egois.

Menariknya, meski Greta yang kita kenal sekarang cukup berani dan lantang bersuara, berani marah-marah di depan para petinggi negara di PBB (termasuk Donald Trump), berhasil menggerakan jutaan orang di seluruh dunia, bocah ini ternyata awalnya didiagnosis mengindap penyakit sindrom Asperger.

Sindrom Asperger salah satu bentuk autisme, yaitu canggung saat berkomunikasi atau sulit berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya (bisa dibilang introvert garis keras).

Namun, usai menonton film dokumenter tentang dampak perubahan iklim dan kerusakan lingkungan yang diputar di kelas itu (2015), Greta kemudian melahap begitu banyak literasi soal perubahan iklim seperti membaca data, menonton berbagai video hingga menyimak dan mendalami sejumlah aksi kerusakan lingkungan di seluruh dunia.

Hasilnya, Greta menyimpulkan bahwa sedikit sekali orang yang tergerak dan peduli terhadap dampak perubahan iklim hingga sikap pemerintah yang terlalu egois terhadap berbagai kebijakan yang cenderung menguntungkan para oknum perusak lingkungan, demi kepentingan bisnis dan kapitalis.


Hal pertama yang dilakukan oleh Greta adalah memaksa orangtuanya menjadi aktivis lingkungan garis keras seperti tidak naik pesawat, membeli mobil elektrik dan hanya digunakan kalau memang mendesak, (soal minimalis dan less waste, pasal itu sudah lewat sama Greta Thunberg dan keluarganya).

Demo tiap Jum'at di depan Kantor Parlemen Swedia

Cita-cita Greta menyelamatkan planet bumi dari kerusakan lingkungan dimulai dari aksinya yang rela membolos setiap hari Jum'at hanya untuk berdiri di depan Gedung Parlemen Swedia sambil memegang spanduk tuntutan untuk menanggulangi perubahan iklim, ia duduk dari pagi hingga sore. Waktu itu usianya masih 15 tahun.

Kata-kata seperti Skolstrejk För Klimatet (mogok sekolah untuk iklim) menjadi sangat populer yang selalu disuarakan oleh Greta Thunberg. Ia juga menginisiasi gerakan Fridays For The Future (Jum'at untuk Masa Depan) sekaligus mempopulerkan hashtag #FridaysForFuture.

Aksi itu yang kemudian membuatnya dikenal sebagai sosok yang mengedukasi, memotivasi, menginspirasi dan menggerakkan jutaan anak di seluruh dunia tentang kepedulian dampak perubahan iklim dan kerusakan lingkungan. 

Demo Isu Lingkungan
(Sumber: Instagram @gretathunberg)

Laporan BBC melansir Tirto bahwa pertengahan Maret 2019 lalu, sebanyak 1,6 juta siswa dari 125 negara melakukan hal serupa: demonstrasi menuntut tindakan nyata terkait perubahan iklim. Kemudian pada September 2019, pihak berwenang di New York mengizinkan 1,1 juta pelajar di kota tersebut bolos demi mengikuti aksi yang sama.

Aksi yang dilakukan oleh Greta kemudian memicu semangat beberapa bocah lainnya di seluruh dunia untuk menginisiasi gerakan yang sama seperti Haven Coleman (13) dan Irsa Hirsi (16) di US yang membentuk US Youth Climate Strike, menggagas Fridays For Future dan menuntut pemerintah agar segera merealisasikan kesepakatan konferensi perubahan iklim di Paris.

Kemudian ada Lilly Platt (11) di Belanda yang berdemo di depan gedung balai kota setiap Jum'at, menggagas kampanye Lilly Plastic Pick Up untuk mengurangi sampah plastik di kawasan tempat tinggalnya.

Selanjutnya ada Asheer Kandhari (15) di India  yang menuntut perdana menteri Narendra Modi untuk menetapkan status bahaya perubahan iklim di India.

Berbagai aksi para bocah heroik di seluruh belahan dunia ini terinspirasi dari Greta Thunberg dan kekhawatirkan yang sama terhadap perubahan iklim dan kerusakan lingkungan di masa depan. Sebab pada akhirnya, generasi berikutnyalah yang akan dirugikan dari dampak ini.

Bicara di PBB dan berbagai forum dunia

Masih berusia belia, Greta Thunberg sudah diberi kesempatan untuk berbicara dalam acara KTT Iklim di Markas Besar PBB, New York, AS pada September 2019 lalu. Ia menyampaikan dengan tegas dan lugas segala keresahan milenial dan gen Z di masa depan akibat kerusakan lingkungan hari ini.

“Aku seharusnya tidak berada di sini. Aku harus kembali ke rumah, ke sekolah … Tapi, kalian datang dan menyampaikan harapan untuk kami, anak-anak muda. Beraninya kalian! Kalian telah mencuri masa kecil dan impianku. Dan aku adalah salah satu yang beruntung. Orang-orang di seluruh dunia menderita dan mati. Dan yang kalian bicarakan adalah uang dan dongeng tentang pertumbuhan ekonomi. Beraninya kalian!,” mengutip Tirto.

Sebelumnya Greta Thunberg mendapat kesempatan berbicara di ajang UN Climate Talks di Polandia pada Desember 2018 lalu, serta berbicara dengan isu yang sama dalam pertemuan World Economic Forum di Davos (Swiss) pada Januari 2019 lalu.

Greta juga berbicara mengenai dampak perubahan iklim dan kerusakan lingkungan pada Konferensi Perubahan Iklim COP25 di Madrid, Spanyol. Hampir 200 negara berpartisipasi dalam konferensi yang berlangsung selama 12 hari itu, BBC.

Dinominasikan sebagai peraih Nobel Perdamaian

Berbagai aksi yang dilakukan oleh Greta Thunberg serta keberaniannya dalam menyampaikan suara keadilan atas dampak perubahan iklim dunia, telah menggerakkan beberapa petinggi di Parlemen Norwegia mengusulkannya sebagai peraih Nobel.

"Kami telah mengusulkan Greta Thunberg karena jika kita tidak melakukan apa-apa untuk membendung perubahan iklim, hal itu akan menjadi penyebab peperangan, konflik, serta (masalah) pengungsian. Greta Thunberg telah meluncurkan sebuah gerakan masif yang saya anggap sebagai sebuah kontribusi besar terhadap perdamaian (dunia)," tutur anggota parlemen Norwegia dari kalangan sosialis, Freddy Andre Ovstegard, seperti dikutip Suara dari AFP. 

Hingga saat ini, Greta Thunberg telah menerima berbagai penghargaan prestisius di dunia seperti Right Livelihood Award, penghargaan yang kerap disebut-sebut sebagai "Nobel Alternatif". 

Kemudian Greta juga dianugerahi International Children's Peace Prize, penghargaan kepada seorang anak yang telah memberikan kontribusi signifikan dalam advokasi hak-hak anak.

Selanjutnya, giliran organisasi hak asasi manusia Amnesty International memberinya penghargaan 'Ambassador of Conscience' 2019.

Greta juga mendapat penghargaan Gulbenkian Prize kategori kemanusiaan dengan hadiah sebesar 1 juta euro (kisaran Rp 17 miliar) yang semuanya disumbangkan kembali oleh Greta ke yayasan untuk kampanye perubahan iklim dan penanganan Covid-19.

Aktivis Isu Lingkungan Greta Thunberg
(Sumber: Instagram @gretathunberg)

Ancaman sebagai aktivis isu lingkungan

Tidak hanya penghargaan, Greta Thunberg juga kerap mendapat ancaman oleh pihak-pihak yang tidak suka dengan aksinya karena menolak dampak perubahan iklim dan kerusakan lingkungan yang jelas-jelas merugikan bisnis mereka. Pihak yang tak suka ini ada yang menyampaikan secara terang-terangan, maupun tertutup hingga ancaman pembunuhan.

Sosok yang dengan lantang menolak Greta adalah Politikus sayap kanan dari Kanada bernama Maxime Bernier. Ia menyatakan bahwa Greta “harus dikecam dan diserang” atas aksinya tersebut.

Selanjutnya ada Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang juga tidak suka dengan aksi Greta terhadap perubahan iklim dan isu lingkungan seperti yang disampaikan di berbagai media, salah satunya melalui twit berikut ini.

Meski demikian, Greta tak pernah gentar dan terus berdiri di garda terdepan dalam menyuarakan keadilan dan meminta para petinggi di seluruh dunia untuk tidak pro terhadap segelintir kapitalis bisnis yang merusak lingkungan dan sangat berdampak pada perubahan iklim yang merugikan generasi selanjutnya di masa mendatang.

(Pakai tumbler, jangan beli air mineral kemasan sekali pakai terus, sayangi bumi #zerowaste. Klik di sini)

Berikut beberapa quotes yang menyentuh dari Greta Thunberg 

"We are striking because we have done our homework, and they have not (Kami berhenti sekolah karena kami sudah menyelesaikan tugas kami, sedangkan mereka belum melakukannya)" - Protes iklim di Hamburg, Jerman, 1 Maret 2019.

"Since our leaders are behaving like children, we will have to take the responsibility they should have taken long ago (Karena para pemimpin kami bertingkah seperti anak-anak, kita harus mengambil tanggung jawab yang seharusnya mereka ambil sejak lama)" - COP24, Polandia, 4 Desember 2018.

"We deserve a safe future. And we demand a safe future. Is that really too much to ask? (Kami berhak punya masa depan yang aman. Dan kami menuntut masa depan yang aman. Apa kami terlalu banyak meminta?)" - Global Climate Strike, New York, 20 September 2019.

Harapan Greta sederhana, pemimpin-pemimpin di Eropa dan dunia mulai peduli terhadap kerusakan lingkungan dan segera menangani krisis perubahan iklim serta percaya dengan sains akan prediksi para ilmuan mengkhawatirkan terhadap kerusakan bumi di masa yang akan datang.

Mari memulai langkah-langkah kecil untuk melindungi bumi agar tetap terjaga untuk generasi selanjutnya.

Post a Comment for "Profil Greta Thunberg, Bocah yang Berani Marah-marah di Sidang PBB (Aktivis Isu Lingkungan)"