Widget HTML #1

Takut Dilamar yang Lain #DDA5

Ilustrasi Adhira. (dok. Sihan)

"Adhira. Sayang, bangun sayang. Gak ngajar private sore ini?" tanya Ismi sambil mengelus-elus lembut pundak teman rasa adik kandungnya itu.

Jam menunjukkan 15.20 WIB. Ismi tahu kalau tiap sore Selasa ada jadwal ngajar privat untuk Adhira.

Adhira diketahui sebagai sosok yang mandiri, pekerja keras, santun, wibawa plus ayu. Ia menyelesaikan magisternya (S2 Psikologi) dengan biaya sendiri, sembari mengajar di sebuah sekolah swasta terkenal dan juga mengajar privat di sore dan malam harinya.

"Kak, shalat Ashar berapa menit lagi ya," ucap Adhira dengan mata masih tertutup. Mereka kelelahan usai pesta cemilan plus ngobrol ngawur ngidul siang tadi. Dari empat kotak stik coklat dibawa Adhira, kini tinggal sekotak yang tersisa.

"Sekitar 20 menit lagi dek," ucap Ismi singkat.

***

Pagi ini Khalfan sangat bahagia, proposal risetnya diterima oleh pihak penyedia dana (donatur) di Inggris. Tiga bulan lagi ia bakal bertolak ke Indonesia untuk mengerjakan riset itu.

"Assalamualaikum teman-teman. Pagi ini saya mendapat email bahagia. Intinya, tiga bulan lagi kita bakal ketemu di Indonesia. 

Buat teman-teman, terutama alumni sekolah, kampus dan lain-lain, insyaAllah selain riset, akan ada acara kumpul-kumpul nanti di sana.

InsyaAllah semuanya diundang deh. Do'akan ya, semoga semesta mendukung hehe," ucap singkat Khalfan dalam video kurang dari semenit yang diposting di Instagram itu.

Di belakang, tepatnya di atas tempat tidur apartemen Khalfan terlihat banyak kertas berserakan. Seperti biasa, ia kerap tertidur dengan tumpukan proposal risetnya.

Sangking akrabnya dengan riset, orang-orang di Inggris kalau kenal Khalfan, pasti langsung ingat riset dan tumpukan jurnal. Bahkan ia kerap mendapat julukan Einstein di Inggris sana.

***

Setelah Adhira pergi, Ismi kembali membuka laptopnya. Ia masih penasaran dengan lanjutan video yang diunggah di IG TV Khalfan siang tadi, siang sebelum Adhira tiba dan membuyarkan semuanya. 


"(Play video) Alhamdulillah-nya juga, saya dipercaya menjadi bagian dari PBB bersama Unicef untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang menimpa anak-anak di seluruh dunia. Mulai dari masalah pendidikan, kesejahteraan, hingga kekerasan pada anak. Saya senang sekali bisa terlibat di sini.

Sebagai doktoral (S3) di bidang Ilmu Komputasi (rekayasa komputer/coding), saya bertanggungjawab untuk terus berkarya dan ikut berupaya menawarkan solusi demi solusi yang sekiranya bermanfaat, mampu memecahkan berbagai permasalahan yang tiap hari terus bertambah.

Andai pun saya belum sampai ke tahap itu, setidaknya saya terus belajar dan bekerja keras agar bisa menuju ke arah sana.

Kemudian ada yang lebih penting dari semua itu teman-teman, bagaimana menyebarkan pengetahuan yang saya miliki kepada orang banyak. Itulah tanggungjawab terbesar yang kelak akan saya pertanggungjawabkan di hadapan Allah Swt nantinya.

Saya takut ketika kelak Allah Swt mempertanyakan untuk apa saja saya gunakan ilmu saya dan masa muda saya selama di dunia, saya tidak bisa menjawabnya dengan baik. Nauzubillah-nya lagi kalau ilmu yang saya dapat, malah saya gunakan untuk maksiat dan dosa. Semoga Allah jauhkan kita semua dari sifat buruk ini.

Dari video singkat ini, yang ingin sampaikan ke teman-teman sebenarnya bukan bagaimana cara kuliah tinggi-tinggi di negara maju atau di kampus terkenal di dunia dengan beasiswa yang besar dan langsung dapat kerja dengan gaji puluhan juta.

Tapi lebih dari itu teman-teman. Bagaimana kita menguatkan tekad kita bahwa apa yang akan kita lakukan setelah kita mendapatkan semua ini nantinya. Apakah bisa bermanfaat juga untuk orang lain? Apa bisa menjawab tantangan dunia dan memberikan solusi atas berbagai permasalahan yang di hadapi banyak orang hari ini? Itulah hakikat sebenarnya dari pencapaian sebuah mimpi.

Karena niat baik itu temen-temen, akan menemukan jalannya sendiri. Allah Swt punya jutaan keajaiban untuk orang-orang yang menjemput dengan niat kebaikan. Ingat ya, untuk yang menjemput saja, bukan yang menunggu pasrah dan menerima apa adanya.

Hanya ini sedikit sharing dari saya pada video kali ini. Oh ya, do'akan juga, buat temen-temen di Indonesia dalam dua pekan ke depan kita akan ketemu. Saya akan melaksanakan riset saya sebagaimana yang sampaikan dalam video tiga bulan lalu.

Do'akan ya, semoga dimudahkan sampai tujuan, bisa ketemu sama teman-teman, dan yang paling, bisa segera dipertemukan dengan jodoh dalam waktu yang sesingkat itu. Hehe. Amin.

Wassalam. Sampai jumpa di Indonesia temen-temen," tutup Khalfan di video unggahan via IG TV miliknya.

Ismi langsung klik tombol 'back' untuk mengecek tanggal berapa video itu di posting.

"Fiks, Khalfan sudah sampai tiga hari yang lalu. Ya Allah, Khalfan, kamu di sini ternyata," ucap Ismi dalam hati.

Sesaat kemudian, ada sebuah postingan yang cukup membuat Ismi salfok (salah fokus). Dalam postingan itu, foto seorang wanita yang diambil secara terpotong dengan pose menggendong seorang bayi tertidur di bahunya..

"Kayak kenal ini jilbab siapa. Apalagi si keongku itu kan suka sekali gendong bayi kalo sudah ketemu. Hmm," ucap Ismi yakin sembari menupang dagunya.

***

"MasyaAllah Habibie, kangen sekali sama kamu. Gimana Ainunnya sudah ketemu?" Khalfan memeluk Habibie kuat-kuat. Sudah lima tahun tidak ketemu teman sebantalnya itu. Terakhir ketemu saat wisuda S1 dulu.

"Wahahah, Khalfan. Udah dong, kan udah dikabari kemarin. Alhamdulillah sudah sebulan menjalani kehidupan berdua dengan Ainunku hehe," jawab Habibie yang baru saja menikah dengan Sheila (red: Ainun). Keduanya diketahui menikah tanpa pacaran.

"Hmm, nggak niat segera menyempurnakan separuh agamamu Khalfan?" ucap Habibie sembari melepas pelukannya.

"Nah itu dia, berapa sih biaya dekor sama catering sekarang di sini bro, haha," tanya balik Khalfan sembari duduk di kursi. Ia seolah memberi sinyal kepada Habibie tentang niatnya itu.

"Tunggu, tunggu. Saya ragu nih, balik ke Indonesia untuk projek riset atau hanya konspirasi saja sih? Ah elu bro, wkwkwq," tawa Habibie pecah.

"Kan, kalau nikah dibiayai dengan uang riset bisa lebih hemat, wkwkwq," tawa Khalfan pecah, berusaha menandingi Habibie.

"Wah, Khalfaaan. Bener-bener elu bro," ucap Habibie keras sambil memberi jempol ke Khalfan.

"Haaa, Khalfan?" ucap Ismi yang berada di sudut caffee. Lebih kurang ada lima meja yang mengantarai mejanya dengan meja seseorang yang baru saja menyebut nama Khalfan.

"Adhira, kamu pulang duluan ya. Kakak sudah pesan ojol nih, khusus untuk cewek, teman kakak juga. Pulang ya," ucap Ismi mendadak.

"Kan ini minumnya baru sekali seruput, kenapa sih kak?" jawab Adhira penasaran. Ia tak sempat mendengar nama Khalfan saat disebut tadi. Sebab ia hanya fokus dengan laptop dan tesis (S2) yang sedang dikerjakan di depannya.

"Udah cepat, bantu kakak. Ini pihak yang mau ngundang kakak jadi pembicara di acara seminar motivasi itu lho. Mereka datang dan mau temui kakak di sini. Ini bawa kunci rumah kakak, motor Adhira kan ditinggal di garasi tadi.

Plisssss, bantu kakak ya," ucap Ismi memelas sambil memegang pipinya Adhira.

"Ok deh, apa sih yang nggak buat kakak ustadzahku tersayang. Semoga Allah mudahkan ya kak, semangat hehe," ucap Adhira sambil memasukkan laptop ke dalam tasnya dan mengelus bahu Ismi, lalu bergegas pergi.

***

"Assalamualaikum maaf mengganggu," ucap seorang wanita menghampiri meja Khalfan dan Habibie. Khalfan mirip sekali dengan foto di akun @mkib112 yang di-stalkingnya kemarin.

"Kak Ismi, ups," ucap Khalfan gugup, keceplosan.

"Kok bisa kenal," ucap Habibie dan Ismi bersamaan.

"Bentar, bentar. Kalau tidak merepotkan, kak Ismi bisa duduk dulu?" pinta Khalfan seolah memohon, wajahnya yang teduh penuh wibawa kali ini terlihat kemerahan.

"Ia saya memang mau duduk di sini. Ada hal penting yang harus kita bicarakan. Dan itupun kalau Anda benar-benar Khalfan yang saya maksud," ucap Ismi.

Habibie seperti kebingungan melihat peristiwa yang baru saja dipertontonkan di hadapannya. Susah dipahami apa di balik maksud Ismi menghampiri meja mereka. Habibie juga bingung kenapa Khalfan kenal Ismi, sedangkan Ismi sendiri merasa kaget saat Khalfan menyebut namanya.

"Pertama, foto yaaanggg...,"

"Panggil Khalfan saja kak," ucap Khalfan meyakinkan.

"Iya, foto yang Khalfan posting itu, yang caption-nya menjemput masa depan, itu Adhira kan? Mohon jawab jujur.

Kedua, kenapa tahu nama saya? Khalfan pasti banyak cari tahu kehidupan Adhira dari media sosial saya ya," tanya Ismi cepat, nafasnya sedikit tersengal ketakutan.

Bak ditodong pistol di jidat sendiri, Khalfan seperti tidak bisa mengelak dari dua pertanyaan ini. Ilmu presentasi riset seorang Khalfan yang biasanya mampu mematahkan sanggahan para profesor di Inggris, seolah tak terpakai di hadapan Ismi.

"Oooo, Adhira namanya toh. Ya, ya, ya, ok lanjut," celetuk Habibie. Ada sedikit senyum yang terpancar di wajah Ismi dan Khalfan walau masih bercampur dengan raut yang serius dan tegang.

"Maaf kak Ismi, saya tidak tahu harus mulai dari mana," ucap Khalfan sambil menundukkan wajah.

"Sejak kapan..." pertanyaan Ismi kali ini langsung dipotong Khalfan.

"Sejak kuliah semester lima waktu S1 dulu kak. Saya sudah lama menyimpan rasa untuk Adhira. Bahkan sampai di titik ini pun, Adhira salah satu semangat dalam diam saya kak, dalam tiap karya saya," ucap Khalfan sambil menyeka air mata.

"Ya Allah, indahnya Engkau mendesain jalan cerita dua insan ini," ucap Ismi dalam hati.

Dengan nafas tersengal-sengal, "Kamu tahu nggak Khalfan, kamu itu...., kamu itu Dalam Diamnya Adhira. Kamu itu selalu hadir dalam mimpi-mimpi panjangnya Adhira.

Bahkan dalam beberapa bulan terakhir, Adhira sering merengut sendiri. Dia seolah dihantui ketakutan akan kehilangan seseorang, dan orang itu adalah kamu Khalfan. Kasarnya, dia takut kamu menikah dengan orang lain saat posisimu berada di puncak seperti sekarang ini. Hanya saja Adhira tidak pernah cerita ke siapa-siapa soal perasaannya, bahkan ke saya sekalipun..."


"Tunggu, tunggu. Terus nama Khalfan, kakak tahu dari mana?" celetuk Habibie penasaran.

"Dari mimpinya Adhira. Jadi malam itu dia mengigau, dia menangis sejadi-jadinya sampai saya peluk erat-erat. Dan di akhir igauannya, Adhira menyebut nama Khalfan sebanyak tiga kali dan..."


Air mata Khalfan terus tumpa. Semakin tumpa, semakin diseka. Begitu terus hingga Ismi selesai menceritakan semuanya tentang Adhira. Wanita shaleha, mandiri, kalem nan ayu yang juga selalu diselip dalam do'a-do'a panjang di sepertiga malam Khalfan.

"Hmm, jadi gini Khalfan. Kalau boleh ngasih saran nih, bagaimana kalau segera lamar Adhira dalam pekan ini. Sebelum semuanya terlambat bro. Dan kamu berapa lama sih di sini?"

"Cuma 15 hari," jawab Khalfan singkat sambil menyeka air mata.

"Haaa, sesingkat itu," ucap Ismi spontan.

"Udah yang penting Ijab qobul aja dulu. Nanti walimah (pestanya) setelah semua selesai. Nanti kita pikirkan lagi," ucap Habibie memberi saran.

Disela-sela pembicaraan, Khalfan jadi ingat dengan peristiwa lima tahun silam. Peristiwa di mana Khalfan gagal apply beasiswa sebanyak delapan kali, lalu menangis dan dipertemukan dengan Abi dari Uni Emirat Arab di meja ini. Di meja yang sama tempat ia menemukan isi hati Adhira dalam story panjangnya Ismi.

Masjid yang terletak tepat di depan caffee ini sudah jauh berubah. Dahulu tak berpintu, kini sudah berpintu kaca karena full AC.

Kemudian sekarang sudah ada menara setinggi 72 meter berdiri kokoh tepat di sebelah masjid itu. Menara menjulang ke langit, menggemakan azan dengan muazin yang tentunya bukan lagi suara yang dikenal Khalfan lima tahun silam.

"Makanya saya ke sini kak, selain untuk riset, pemasangan batu pertama untuk Rumah Edukasi (tempat anak-anak di kampung belajar Google Developer, dengan bangunan hotel sekelas bintang tiga nantinya).

Saya juga takut kehilangan Adhira, kak. Sebab tahun ini saya tahu betul kalau dia memasuki usianya yang ke 25 tahun. Saya juga takut kalau dia duluan dilamar orang lain.

Saya ikhlas kalau memang itu sudah menjadi kehendak Allah Swt, tapi saya juga perlu ikhtiar untuk memastikan semuanya. Salah satunya datang ke sini jauh-jauh dari Inggris.

Hanya saja, sejak empat hari sampai di sini saya masih buntu kak. Saya belum tahu apa yang harus saya lakukan.

Bahkan saat hari pertama saya di sini, saya hanya bisa kaget karena sempat imamin Adhira waktu itu. Kami kebetulan terlambat shalat Ashar berdua, ketemu di mushola rumah dinas sekolah..."


"Kalian itu memang selalu terlambat ya, mau shalat Ashar, mau urusan hati, semuanya terlambat berdua.

Pantesan empat hari yang lalu, Adhira pulang sambil peluk saya, nangis-nangis dan bilang kenapa dia harus diciptakan sebagai seorang perempuan.

Pengennya Adhira, dia mau ucapin 'Will you marry me' ke kamu Khalfan. Saya mau jelaskan tentang Sayyidah Khadijah RA yang menyatakan lebih dulu soal perasaannya ke Rasullullah Saw, eh malah Adhira-nya yang kabur duluan ke kamar. Dia malu kali ya," jelas Ismi.

"Wkwkwq," Habibie terkekeh di samping mereka berdua.

"Apanya yang lucu?" tanya Khalfan serius.

"Emang ya, kalau orang jatuh hati, bedain mana yang lucu dan mana yang serius aja susah," jawab Habibie yang masih menahan tawanya.

"Habibie-ku, kak Ismi, bantu Khalfan, plisssss," pinta Khalfan sambil menyatukan tangannya ke dada, memohon kepada dua orang yang kini tepat di hadapannya.

Mereka belum selesai dengan pembicaraan itu, tiba-tiba seseorang menelpon dari kejauhan. HP Ismi yang diletakkan di meja sejak awal, jelas terlihat oleh Khalfan. Di layar tertulis 'Panggilan masuk' ada nama 'Adhira' dengan emoticon love di sana.

"Kak, tolong Adhira. Malam ini Adhira harus pulang, disuruh ayah. Katanya Adhira ada yang lamar, Adhira gak mau kak. Plissss, tolong. Temani Adhira pulang kampung," ucap Adhira dari telpon. Tangisnya terdengar segugukan.

Di waktu bersamaan wajah Ismi pucat. Darahnya berhenti mengalir sejenak. Badannya kaku, nafasnya terhenti sesaat. Sedang Khalfan dan Habibie masih penasaran dengan apa yang baru saja dibicarakan Adhira dari seberang sana.

Khalfan dapat menangkap ada sesuatu yang serius di wajah Ismi. Namun dia tak tahu sama sekali apa yang dibicarakan Adhira barusan. Khalfan sangat khawatir.

Ketakutan di wajah Ismi dan Khalfan, ikut tertangkap oleh Habibie. Mereka merasakan ketakutan yang sama.

"Ya Allah, rumit sekali ini," ucap Ismi dalam hati.

[1]  [2]  [3]  [4]  [5]  [6]


3 comments for "Takut Dilamar yang Lain #DDA5"

Comment Author Avatar
πŸ‘πŸΌπŸ‘πŸΌπŸ‘πŸΌ
Comment Author Avatar
Terima kasih banyak sudah mampir kak hehe